Cerita Rakyat Alor
Bui Lan Dan Sam Pering
Cerita ini
berasal dari Suku Logog di kampung Jirtag
Pada
zaman dahulu, hiduplah dua orang wanita muda di sebuah gubuk bersama seekor
anjing. Kedua wanita tersebut bernama Bui
Lan dan Sam Pering, Mereka tinggal
kampung Logog Yang letaknya tengah
gunung di pulau Pantar. Bui
Lan dan Sam Pering bekerja sebagai petani.
Pada
suatu Ketika di musim panas, mereka
pergi untuk membersihkan ladang bersama anjing mereka. Ketika matahari mulai menyengat kulit, Mereka pergi untuk beristrahat dan makan di bawah pohon yang
berada tengah ladang mereka. Karena
terlalu banyak memakan ubi, merekapun kehausan. Persedian air mereka sudah
habis dan mereka sangat kelelahan sehingga tidak sanggup lagi untuk pergi ke
kampung untuk mengambil air. Ketika mereka sedang bersusah paya untuk mendapatkan
air, datanglah Anjing mereka dengan tubuh yang basa kuyub. Mereka
kemudian mengambil Xor Guax (bakul kecil) dan melubangi
bagian pantat Xor Guax lalu mereka mengisinya dengan
Abu tunggu sebagai pemberi jejak. Mereka menggantung Xor guax
tersebut di leher anjing mereka dan menyuruhnya berjalan dan mereka mengikuti
anjing tersebut dari belakang. Mereka mengikuti jejak yang di tinggalkan anjing tersebut hingga kedalam
hutan lebat.
Di sana mereka menemukan segumpal air bersih di atas daun talas.
Karena sangat kehausan, mereka pun berebutan mengambil air tersebut sehingga
air itu tumpah di atas tanah dan membentuk
kolam kacil. Mereka menggali kolam
kecil itu hingga menjadi kolam yang cukup besar dengan air yang sangat jernih. Bui lan Dan Sam pering meminum air tersebut hingga rasa haus mereka pun hilang. Karena sangat kepanasan mereka juga mandi di dalam kolam tersebut hingga sore
hari. Tiba-tiba awan hitam menutupi daerah tersebut, guntur dan petir di
mana-mana. Karena sangat ketakutan
Meraka memutuskan untuk kembali ke kampung.
Bui Lan dan Sam pering kehujanan saat pulang ke
kampung mereka. Ketika mereka tiba di kampung Logog , orang-orang di kampung
sangat terkejut, karena hanya mereka berdua saja yang di basahi oleh hujan.
Walaupun mereka berada di dalam rumah
dan di kolong tempat tidur pun mereka akan tetap kehujanan. Akhirnya mereka di bawa ke rumah kepala suku
Logog . di sana mereka di tanya oleh tetua adat dan mereka pun menceritakan
semuanya. Akhirnya tetua adat memutuskan untuk membawa mereka ke kalom tersebut
untuk mengadakan upacara adat untuk meminta maaf.
Keesokan
harinya mereka di bawa ke Kolam tersebut. Ketika mereka sedang melakukan
upacara adat, terdengar suara “abang Adwasing” yang artinya Kampung Terbakar.
Semua orang yang mengikuti ritual adat tersebut melihat ke arah kampung mereka akan
tetapi kampung itu tidak terbakar. Ketika mereka melihat kembali ke kolam
tenyata Bui Lan dan Sam Pering telah
menghilang bersama-sama dengan air di dalam kolam tersebut dan di sekitar kolam
tersebut terdapat banyak sekali kayu kecil, kayu besar daun kemiri, dan juga buah kemiri. Mereka sangat bersedih dan akhirnya mereka
memutuskan untuk pulang namun Kepala Suku Logog mengambil salah satu kayu di
dalam kolam itu untuk di jadikan
tongkat. Sesampainya di rumah kayu itu di letakan di samping tempat tidur. pada pagi harinya ia melihat
kayu itu sudah berubah menjadi sebuah parang yang sangat bagus. Mereka sangat
menyesal. Mereka baru sadar bahwa benda-benda yang berada di sekitar kolam
tempat mereka melakukan Upacara adat tersebut adalah Belis (Mas_kawin) yang di
berikan kepada mereka. Mereka pun pergi ke kolam tersebut namun benda-benda
tersebut tidak ada lagi.
Bui
Lan dan Sam Pering masih
berhubungan dengan masyarakat di kampung Logog
walupun mereka tinggal di dunia
Lain. Jika ada pesta perayaan maka Bui Lan dan Sam Pering seringkali di undang bersama-sama dengan keluarga mereka
untuk merayakan Pesta perayaan tersebut. Suatu ketika mereka Di undang ke Pesta
Perayaan hasil Kebun yang di selenggarakan di kampung Logog. Saat itu Bui Leling sudah memiliki seorang anak yang
berumur Tiga Bulan, sedangkan Sam Pering belum memiliki anak. Mereka datang ke pesta tersebut pada malam
hari. Bui Lan datang bersama suami dan anaknya. Di saat masyarakat kampung sedang Lego-lego, Bui Lan juga ingin untuk masuk dalam tarian
lego-lego tersebut, sehingga ia
menidurkan anaknya pada sebuah ayunan yang tergatung di dalam kamar. Sebelum ia
keluar dari kamar ia memesan kepada seorang nenek yang berada di dalam kamar
tesebut; “ bila anak ini menangis , jangan sekali-kali kamu membuka kain
penutupnya tetapi goyanglah ayunan ini maka dia akan berhenti menangis” .
setelah itu ia pergi untuk gabung dalam tarian Lego-lego. Tidak lama
kemudian, anak itu menangis. Sang nenek pun pergi untuk menggoyang ayunan
tersebut namun anak itu masih tetap menangis. Ia kemudian membuka kain tersebut
namun yang di lihat bukanlah manusia melainkan seekor ikan yang berada di dalam kain tersebut. Sang
nenek sangat terkejut melihat ikan tersebut. Ia lalu mengambil pisau dan mesncungkil mata ikan tersebut untuk di makan.
Perasaan
Bui Lan sangat gelisah sehingga ia
pergi untuk menengok anaknya. Ketika ia masuk kedalam kamar Ia menayakan
keadaan anaknya kepada nenek itu namun nenek itu mengatakan bahwa tidak ada
anak kecil dalam ayunan tersebut melainkan seekor ikan sehinggah ia telah
mencungkil mata ikan tersebut untuk di makan. Bui Lan sangat ketakukan. Ia
takut untuk memberitahukan kepada suaminya sehingga ia memberitahukan kepada
sesama mereka yang berasal dari kolam tersebut bahwa hari hampir pagi sehingga
mereka harus cepat pulang. Ia la lalu
mengambil anak tersebut dan dan meminta kepada suaminya untuk berjalan paling
belakang hingga sampai ke dalam kolam tersebut. Ia menutup gerbang yang biasa di gunakan
untuk keluar dan berhubungan dengan manusia dengan sebuah batu besar.
Sesampainya di rumah ia memberitahu
kepada suaminya bahwa anak mereka telah mati karena matanya di cungkil oleh
seorang nenek ketika ia sedang Lego-lego. Suaminya sangat marah sehingga ia
mengundang semua warga untuk menyerang kempung Logog namun ternyata gerbang itu sudah tertutup sehingga terjadilah
banjir yang sangat besar hingga terbentuklah sebuah sungai yang menuju ke
pantai Irgimim di Tamalabang.
Hingga sekarang, ketika orang-orang pergi ke mata air tersebut dan meyebutkan kampung Logog maka Air akan membesar dan seolah-olah ingin menarik orang tersebut kedalamnya.
Hingga sekarang, ketika orang-orang pergi ke mata air tersebut dan meyebutkan kampung Logog maka Air akan membesar dan seolah-olah ingin menarik orang tersebut kedalamnya.

Masih ada lagi yang lain ko???
BalasHapusia masih ada ni
BalasHapusMasih adaa ko yg lain??
BalasHapus